KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat
Allah SWT yang elah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penyusunan
tugas ini dapat di selesaikan.
Tugas ini di buat untuk mata kuliah Arsitek Dan Lingkungan dengan judul DAMPAK
PEMBANGUNAN ARSITEKTUR untuk fakultas teknik sipil dan perencanaan jurusan
arsitektur universias gunadarma.
Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Rehulina Apriyanti selaku dosen mata
kuliah Arsitektur dan Lingkungan yang telah membimbing dan memberikan materi
untuk mata kuliah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan tulisan ini.
Untuk itu penulis mohon maaf jika ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan
tugas ini. Demikianlah makalah ini disusun, agar dapat memenuhi tugas mata
kuliah Arsitektur dan Lingkungan.
Depok
22 oktober 2012
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam sebuah perancangan suatu bangunan, banyak permasalahan-permasalahan atau dampak yang dapat kita temui, salah satunya adalah permasalahan bangunan pasca huni. Permasalahan bangunan pasca huni ini di sebabkan oleh berbagai faktor. mulai dari faktor kesalahan pada saat perancangan hingga faktor kurang di rawatnya bangunan itu sendiri.
Tulisan ini
akan membahas suatu dampak pembangunan arsitektur dan menganalisa
permasalahannya sehingga di dapatkan pemecahan dari masalah yang ada.
Tujuan di
buatnya makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Arsitektur dan
Lingkungan dan juga untuk mengetahui
bagaimana dan apa saja masalah yang ada dari dampak pembangunan dan
dapat bermanfaat menambah wawasan untuk pembaca.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1
Tinjauan dasar tentang Evaluasi pasca huni (EPH)
Evaluasi pasca huni
adalah evaluasi terhadap bangunan dengan cara sistematis dan teliti setelah
bangunan selesai dibangun dan telah dipakai untuk beberapa waktu. Focus EPH
adalah kepada si pemakai dan kebutuhan pemakai, sehingga mereka dapat
memberikan pengetahuan yang mendasar mengenai akibat dari keputusan
design-design masa lalu dan dari hasil kinerja bangunan.pengetahuan ini menjadi
sebuah dasaryang baik untuk menciptakan bangunan yang lebih baikdi masa
mendatang.
2.2
Tahapan evaluasi pasca huni
Dalam pelaksanaan pasca huni teradapat 3 tahap, yaitu :
1. Planning
atau perncanaan, yaitu membuat rancangan evaluasi berupa perumusan tujuan,
sasaran, selain itu rancangan perumusan waktu, tenaga, biaya, sumber informasi,
alat alat yang dibutuhkan, dll.
2. Conducting
atau pengaturan pelaksanaan, yaitu kegiatan berupa pengumpulan data, analisis,
merumuskan temuan temuan serta menyusun rekomendasi evaluasi.
3. Applying
atau pelaporan hasil , yaitu tindak lanjut atau implementasi setelah melakukan
pasca huni.
2.3
Dampak pembangunan arsitektur
Pembangunan menimbulkan suatu dampak, baik terhadap makhluk hidup maupun terhadap lingkungan. Dampak terhadap lingkungan antara lain adalah terjadinya bencana banjir, kekeringan, erosi tanah, pencemaran lingkungan, matinya beberapa jenis tumbuhan dan hewan.
Pembangunan menimbulkan suatu dampak, baik terhadap makhluk hidup maupun terhadap lingkungan. Dampak terhadap lingkungan antara lain adalah terjadinya bencana banjir, kekeringan, erosi tanah, pencemaran lingkungan, matinya beberapa jenis tumbuhan dan hewan.
Pembangunan tersebut erat kaitannya dengan perubahan penggunaan lahan. Apabila terjadi perubahan penggunaan lahan, misalnya di daerah hulu/atas berupa hutan lindung digunakan untuk permukiman atau perumahan sedangkan daerah hilir digunakan untuk industry dan permukiman, maka akan berdampak besar untuk daerah itu sendiri maupun daerah di bawahnya.
Terjadi
erosi atau longsor di bagian atas/hulu karena terjadi penggundulan hutan yang
dialihfungsikan untuk perumahan. Selain itu karena terjadi perubahan penggunaan
lahan, juga terjadi kerusakan suatu ekosistem yang menyebabkan habitat tanaman
atau binatang rusak. Hal tersebut sangat berdampak kepada beberapa tumbuhan
atau hewan yang punya karakter khusus, yaitu hanya dapat bertahan hidup pada
daerah dengan keadaan tertentu. Dibagian hilir dapat terjadi banjir karena di
bagian hulu telah terjadi alih fungsi lahan dari hutan lindung menjadi
permukiman, sehingga daerah diatas akan mengirimkan limpasan sedangkan daerah
hilir. Karena daerah hilir juga mengalami perubahan penggunaan lahan, dari
kebun menjadi industry maupun permukiman untuk kegiatan ekonomi, sehingga
daerah resapan air semakin sedikit. Potensi banjir juga semakin besar.
Kekeringan juga mungkin dapat terjadi akibat pembangunan, dengan penggunaan airtanah yang berlebihan karena pembangunan besar-besaran maka persediaan airtanah semakin sedikit, sementara air hujan yang masuk kedalam tanah lebih lambat dari air yang digunakan/dipompa.
BAB 3
METODOLOGI
Metode
penelitian yang dipakai dalam evaluasi ini adalah metode analisis data dan
jenis. Sumber data yang di pakai adalah data sekunder.
Dalam
evaluasi pasca huni ini bertujuan untuk mengetahui dampak dan permasalahan apa
saja yang akan terjadi terhadap bangunan beberapa tahun kedepan. Hal ini
penting untuk mencegah terjadinya berbagai dampak negative yang akan terjadi
pada bangunan tersebut.
Banyak
cara yang dapat di lakukan agar bangunan tetap berfungsi sebagaimana mestinya
dan terhindar dari berbagai permasalahan dan dampak buruk. Berikut adalah
penyelesaiannya :
Membuat bangunan berkelanjutan
dimulai dengan pemilihan lokasi yang tepat, termasuk pertimbangan penggunaan
kembali atau rehabilitasi bangunan yang ada. Lokasi, orientasi, dan lansekap
sebuah bangunan mempengaruhi ekosistem lokal, metode transportasi, dan
penggunaan energi. Memasukkan prinsip-prinsip pertumbuhan Smart dalam proses
pembangunan proyek, apakah itu sebuah gedung, kampus atau pangkalan militer.
Penempatan untuk keamanan fisik merupakan isu penting dalam mengoptimalkan
desain situs, termasuk lokasi jalan akses, parkir, hambatan kendaraan, dan
lampu perimeter. Apakah merancang sebuah bangunan baru atau retrofitting sebuah
bangunan yang ada, desain situs harus mengintegrasikan dengan desain yang
berkelanjutan untuk mencapai suatu proyek yang sukses.
* Gunakan Optimalkan Energi
Dengan pasokan Amerika bahan bakar fosil berkurang, kekhawatiran untuk kemerdekaan energi dan meningkatkan keamanan, dan dampak dari perubahan iklim global yang timbul, adalah penting untuk mencari cara untuk mengurangi beban, meningkatkan efisiensi, dan memanfaatkan sumber daya energi terbarukan di fasilitas federal.
* Melindungi dan Menghemat Air
Di banyak negara, air bersih merupakan sumber semakin langka. Sebuah bangunan yang berkelanjutan harus mengurangi, kontrol, dan / atau mengobati limpasan situs, penggunaan air secara efisien, dan penggunaan kembali atau daur ulang air untuk digunakan di tempat, jika memungkinkan.
* Gunakan Optimalkan Energi
Dengan pasokan Amerika bahan bakar fosil berkurang, kekhawatiran untuk kemerdekaan energi dan meningkatkan keamanan, dan dampak dari perubahan iklim global yang timbul, adalah penting untuk mencari cara untuk mengurangi beban, meningkatkan efisiensi, dan memanfaatkan sumber daya energi terbarukan di fasilitas federal.
* Melindungi dan Menghemat Air
Di banyak negara, air bersih merupakan sumber semakin langka. Sebuah bangunan yang berkelanjutan harus mengurangi, kontrol, dan / atau mengobati limpasan situs, penggunaan air secara efisien, dan penggunaan kembali atau daur ulang air untuk digunakan di tempat, jika memungkinkan.
* Lebih baik Gunakan Produk Lingkungan
Sebuah bangunan yang berkelanjutan adalah dibuat dari bahan yang meminimalkan dampak siklus kehidupan lingkungan seperti pemanasan global, penipisan sumber daya, dan toksisitas manusia. Lingkungan bahan disukai memiliki efek mengurangi terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dan berkontribusi untuk meningkatkan keselamatan pekerja dan kesehatan, kewajiban mengurangi, biaya pembuangan dikurangi, dan pencapaian tujuan lingkungan.
* Meningkatkan Kualitas Lingkungan Indoor (IEQ)
Kualitas lingkungan indoor (IEQ) dari sebuah bangunan memiliki dampak signifikan pada kesehatan penghuni, kenyamanan, dan produktivitas. Di antara atribut lain, sebuah bangunan yang berkelanjutan memaksimalkan pencahayaan; memiliki ventilasi yang tepat dan kontrol kelembaban, dan menghindari penggunaan bahan-bahan dengan emisi tinggi VOC. Selain itu, pertimbangkan ventilasi dan penyaringan untuk mengurangi kimia, biologi, dan serangan radiologi.
* Operasional dan Pemeliharaan Praktek Optimalkan
Mengingat operasi bangunan dan isu pemeliharaan selama tahap desain awal fasilitas akan memberikan kontribusi untuk lingkungan kerja yang baik, produktivitas yang lebih tinggi, energi dan biaya sumber daya, dan mencegah kegagalan sistem. Mendorong bangunan operator dan personil perawatan untuk berpartisipasi dalam tahap desain dan pengembangan untuk menjamin operasi yang optimal dan pemeliharaan gedung.
Desainer
dapat menentukan bahan dan sistem yang mempermudah dan mengurangi kebutuhan
perawatan; membutuhkan air lebih sedikit, energi, dan bahan kimia beracun dan
pembersih untuk menjaga, dan biaya-efektif dan mengurangi biaya hidup-siklus.
Selain itu, fasilitas desain untuk menyertakan meter untuk melacak kemajuan
inisiatif keberlanjutan, termasuk penurunan penggunaan energi dan air dan limbah,
dalam fasilitas tersebut dan di situs.
*Kembali ke atas Terkait Isu
Membangun ketahanan adalah kemampuan bangunan untuk terus berfungsi dan beroperasi di bawah kondisi ekstrim, seperti (tetapi tidak terbatas pada) suhu ekstrim, kenaikan permukaan laut, bencana alam, dll Seperti lingkungan binaan menghadapi efek yang akan datang dari perubahan iklim global , pemilik bangunan, desainer, dan pembangun dapat merancang fasilitas untuk ketahanan bangunan mengoptimalkan.
Membangun beradaptasi adalah kapasitas bangunan yang akan digunakan untuk menggunakan beberapa dan dalam berbagai cara sepanjang umur bangunan. Sebagai contoh, merancang sebuah bangunan dengan dinding bergerak / partisi memungkinkan user yang berbeda untuk mengubah ruang. Selain itu, menggunakan desain yang berkelanjutan memungkinkan untuk membangun untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda dan kondisi.
BAB 4
STUDI KASUS
1. LAWANG SEWU
Lawang Sewu merupakan
sebuah gedung di Semarang, Jawa Tengah yang merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS.
Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran
Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.
Pendataan Kerusakan Gedung Lawang Sewu
Dari pekerjaan pendataan kerusakan gedung lawang Sewu,
khususnya bangunan A dan C, dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Degradasi pada kedua gedung tersebut dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) hal, yaitu :
a.Kerusakan (decay)
Adalah kerusakan yang disebabkan oleh faktor manusia
atau faktor mekanik, kedua faktor tersebut banyak terdapat dalam keseluruhan
bangunan. Sebagai contoh, karena kesengajaan atau ketidaktahuan manusia maka
pengambilan elemen dipindahkan dari tempat aslinya sehingga menyebabkan
terganggunya keaslian (otentisitas) bangunan, akibatnya terjadi kerusakan lebih
lanjut. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor mekanik adalah kerusakan yang
menyebabkan bahan penyusun berubah dari kondisi aslinya (bentuk, volume dan
lain-lain). Misal, pecahnya bahan penutup lantai atau keramik dinding akibat
benturan, pengelupasan plester dinding oleh tangan manusia dan sebagainya.
b.Pelapukan (deterioration)
Adalah berubahnya bahan penyusun akibat pengaruh alam,
sinar matahari, angina, air laut, curah hujan dan kelembaban sehingga
menyebabkan kerusakan karena melemahnya (degradasi) bahan penyusun tersebut.
Misal, langit-langit pada bangunan membujur pula sebuah selasar lagi.
Selasar di lantai 2 gedung A yang terbuah dari bahan organic (kayu jati) menjadi rapuh karena penutup atap tidak rapat sehingga saat hujan air selalu membasahi kayu tersebut. Terurainya komponen dari bahan organic menyebabkan degradasi bahan penyusun sehingga mempengaruhi keindahan, volume dan berat dari bahan itu sendiri. Dari pendataan tersebut diketahui baha secara garis besar, gedung Lawang Sewu mengalami degradasi bahan penyusun disebabkan karena pelakukan yang disebabkan factor klimatologi/cuaca (dipengaruhi oleh keadaan fisik dari atmosfir pada sauatu waktu di suatu daerah). Keadaan atmosfir ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : Suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, curah hujan serta arah dan kecepatan angin.
Selasar di lantai 2 gedung A yang terbuah dari bahan organic (kayu jati) menjadi rapuh karena penutup atap tidak rapat sehingga saat hujan air selalu membasahi kayu tersebut. Terurainya komponen dari bahan organic menyebabkan degradasi bahan penyusun sehingga mempengaruhi keindahan, volume dan berat dari bahan itu sendiri. Dari pendataan tersebut diketahui baha secara garis besar, gedung Lawang Sewu mengalami degradasi bahan penyusun disebabkan karena pelakukan yang disebabkan factor klimatologi/cuaca (dipengaruhi oleh keadaan fisik dari atmosfir pada sauatu waktu di suatu daerah). Keadaan atmosfir ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : Suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, curah hujan serta arah dan kecepatan angin.
- Secara arkeologi, temuan-temuan penyebab kerusakan berdasarkan artefak dan matriks dapat dijadikan bukti kuat bahwa sistem teknologi pada waktu itu menjadi salah satu cirri kebudayaan wal abad 20 di Indonesia.
- Berdasarkan referensi dengan cara meletakkan arkeologi sejarah (historical archeology) pada kontels pembangunan gedung Lawang Sewu, dapat diketahui urutan pembangunannya, teknologi yang dipakai, sistem management yang dilakukan yang sanggup menjawab bagaimana bangunan yang telah berusia lebih dari satu abad dapat bertahan dengan amat baik.
- Secara arsitektural, dapat dikatakan semua prinsip perancangan masih utuh, missal: belum terjadi perubahan proporsi akibat peninggian tanah. Namun secara detail, sudah cukup banyak kehilangan otentisitas, missal lengkung depan atas bekas symbol bintang saat dipakai untuk keperluan militer, sebelumnya adalah hiasan yang terbuat dari tembikar, pecahnya kata patri di bagian tertentu, hilangnya daun pintu, hilangnya daun jendela, ditutupnya dinding dengan dinding baru, hilangnya beberapa grendel, slot pintu, engsel serta aksesoris lainnya, hilangnya kayu-kayu konstruksi.
- Cukup banyak ditemui kerusakan yang disebabkan oleh manusia, hal ini tentu bias disebut kerusakan terstruktur karena munculnya kerusakan tersebut disebabkan secara struktural: pemilik bangunan, pemerintah kota serta masyarakat yang kurang peduli terhadap bangunan bersejarah tersebut. Hal ini merupakan penyebab kerusakan yang harus segera diatasi.
2. RUSUNAWA KALIGAWE
Contoh permasalahan bangunan pasca huni yang ke dua adalah bangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kaligawe yang berlokasi di semarang.
Contoh permasalahan bangunan pasca huni yang ke dua adalah bangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kaligawe yang berlokasi di semarang.
KONDISI
Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kaligawe kian memrihatinkan. Selain kesan
kumuh, banyak rumput yang tidak dipotong. Kerusakan mulai menggerogoti bangunan
yang baru dihuni beberapa tahun ini.
AREA Rusunawa Kaligawe terlihat kumuh, tumbuhan rumput liar juga terlihat cukup tinggi, menandakan kurangnya perhatian pengelola ataupun penghuni rusun untuk membersihkan tempat huniannya.
AREA Rusunawa Kaligawe terlihat kumuh, tumbuhan rumput liar juga terlihat cukup tinggi, menandakan kurangnya perhatian pengelola ataupun penghuni rusun untuk membersihkan tempat huniannya.
Tak hanya rumput liar yang tinggi, di salah satu blok yaitu Blok G, tampak sampah tercecer di mana-mana. Bahkan selokan juga tampak mampet, sehingga aliran air dari kamar mandi tidak terserap. Selain itu juga timbul bau tak sedap yang diduga berasal dari sapiteng kelas yang rusak. Beberapa tembok dan kamar mandi umum bagian bawah tampak retak.
kerusakan sudah mulai terjadi di Rusunawa. Namun sama sekali tidak ada upaya dari pemerintah untuk memperbaikinya.
Selain itu, saluran got di lantai bawah juga tidak mengalir karena mampet. Alhasil, di bagian bawah tercium pekat bau tak sedap. Hal ini sudah lama terjadi, sekitar satu tahun. Karena septic tank-nya sudah penuh, sehingga tidak muat kotoran meluap ke atas.
Dengan kondisi kerusakan tersebut, banyak penghuni
asli yang harusnya menempati Rusunawa tersebut, terpaksa menyewakan rumahnya
kepada orang lain. Hal itu diakui pula oleh Rohadi, rumah yang ia tinggali
tersebut bukanlah miliknya. Ia menyewa selama per semester dengan harga Rp 1,5
juta. Kondisi kerusakan serupa juga terjadi hampir di semua blok. Terutama di
blok-blok lama seperti blok F dan blok E. Banyak warga yang mengeluhkan kondisi
bangunan yang mulai rusak karena minim perbaikan.
BAB 5
PEMBAHASAN
Berdasarkan studi kasus di atas dapat
kita lihat bahwa bangunan yang sudah siap dan lama di huni pun dapat mengalami
permasalahan. Selain faktor perancangan atau konstruksi, faktor perawatan dan
kebersihan pun menjadi permasalahan pasca huni. jadi kita juga harus
memperhatikan kebersihan dan perawatan pembangunan agar bangunan tetap terawat
dan terhindar dari berbagai macam permasalahan.
Maka diperlukan management tersendiri untuk mencegah
tindakan kerusakan, misal :
- memberikan petunjuk dan peringatan yang disertai dengan upaya pemahaman akan arti penting nilai dan makna dari sebuah gedung Lawang Sewu.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat (baik pemilik maupun pengguna) tentang fungsi dan guna bangunan bersejarah. Dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan akselerasi pemahaman kebudayaan secara komprehensif.
- Melalui unit terkait melakukan tindakan penyelamatan baik secara teknis maupun non teknis.
Dengan
melakukan upaya-upaya tersebut, dampak buruk dari permasalahan bangunan pasca
huni dapat di minimalisir.
BAB 6
PENUTUPAN
SARAN
Dengan mengetahui berbagai permasalahan dan bahasan dari pembahasan ini, alangkah
baiknya kita sebagai warga yang baik dapat lebih menjaga dan merawat
bangunan-bangunan yang ada, dan bagi para arsitek mungkin harus lebih
memperhatikan rancangannya agar dapat bertahan dan berfungsi lebih lama.
KESIMPULAN
Dari seluruh pembahasan dari karya tulis ini dapat kita
simpulkan bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan dari para arsitek dalam
perancangannya dan masih kurang pula kesadaran masyarakat akan menjaga bangunan
agar bangunan tersebut dapat bertahan lama dan terhidar dari dampak negatif
yang akan merugikan orang banyak.
Semoga hasil tulis ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan
kurang lebihnya penulis meminta maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam
tugas tulis ini. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar