Minggu, 04 November 2012

ASPEK LINGKUNGAN TERHADAP ARSITEKTUR.


 Aspek Perilaku-Lingkungan sangat penting dalam bidang arsitektur karena dalam merancang, seorang arsitek harus memperhatikan segala aspek perilaku manusia dan juga lingkungannya agar apa yang dirancangnya sesuai atau berfungsi seperti yang diharapkan.

Contohnya, untuk mendesain sebuah pusat belanja untuk kalangan menengah kebawah tentu berbeda dengan perumahan untuk kalangan menengah ke atas. Perilaku masyarakat menengah kebawah yang memiliki gaya hidup beraktivitas secara komunal diruang terbuka sehingga diperlukan sebuah wadah yang dapat dijadikan sebagai tempat interaksi antar masyarakat seperti pasar tradisional. Sedangkan masyarakat menengah keatas yang memiliki gaya hidup beraktivitas secara individual sehingga mereka lebih membutuhkan wadah yang dapat mendukung aktivitas mereka secara cepat seperti pasar modern atau swalayan.


Contoh lain yaitu mendesain suatu perkampungan di daerah pesisir. Lingkungannya yang berair tentu akan membutuhkan sebuah tempat tinggal yang mampu melidungi mereka dari pasang atau banjir. Dengan demikian, perlu dibuat rumah yang berbentuk panggung. Pola perilaku masyarakat yang suka berinteraksi diwujudkan dalam bentuk perumahan yang berdekatan dan suatu tempat yang dapat membuat mereka selalu berinteraksi seperti sebuah darmaga dan balai-balai rapat atau pengajian.

Oleh karena itu, aspek perilaku dan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting dalam perancangan arsitektur karena menyangkut dengan kebutuhan paling dasar atau kebutuhan psikologis manusia.

Pendekatan psikologi lingkungan arsitektur dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa suatu bangunan dimanfaatkan tidak sesuai dengan rancangan peruntukannya/fungsinya, atau bangunan yang dimanfaatkan penggunanya setelah dilakukan perubahan tatanan setting fisiknya.

Psikologi lingkungan adalah lahan baru dalam rangkaian pengetahuan yang lahir karena kebutuhan sosial. Hal itu sekarang merupakan bagian dari struktural teorikal yang setara dalam kaidah teorikal yang lain.

Fokus utama psikologi lingkungan adalah hubungan manusia dengan lingkungannya. Namun ini terkadang malah dapat menjadi dikotomi (punya arti mendua) antara personal disatu sisi dengan lingkungan sisi lainnya.

Brent C. Brolin dalam bukunya The Failure of Modern Architecture mengemukakan bahwa salah satu kesalahan terbesar sehingga langgam modern mengalami keruntuhan yakni tidak adanya harmonisasi dan asimilasi antara desain dengan konteksnya

Banyak contoh karya arsitektur yang gagal dalam menampung aspirasi dan apresiasi penggunanya. Contohnya seperti lampu taman yang bentuknya seperti tempat sampah atau tempat sampah yang mirip hiasan taman atau cerobong asap. Sehingga masyarakat salah dalam mempersepsikan fungsinya. Tidak hanya desain kecil yang gagal tetapi ada juga karya besar yang mengalami hal yang sama akibat tidak menggunakan  pendekatan psikologi lingkungan arsitektur dalam proses perancangannya.

Seperti karya sang maestro Le Corbusier yang tidak tepat guna di Chandigarh. Kota yang dirancang dengan gaya barat modern, yang memperhatikan kebutuhan manusia akan cahaya, ruang, dan udara ini tentu saja merupakan suatu rancangan yang sangat luar biasa. Namun, apa yang salah dari rancangan ini? Tentu saja kesalahan terbesar yang dilakukan sang maestro adalah tidak memasukkan karakteristik lokal dalam karyanya tersebut seperti kebiasaan berinteraksi masyarakat India di pasar diganti dengan gedung-gedung swalayan yang serba instan. Akibatnya, kota ini menjadi tidak bermakna dan hanya sebagai penanda.

Contoh lainnya yaitu Apartemen Pruitt Igoe di St. Louis, karya yang mendapat penghargaan IAI Amerika ini merupakan model perumahan yang nyaman dengan biaya sewa yang murah bagi masyarakat menengah kebawah. Namun, 15 tahun kemudian bangunan ini dirobohkan karena gagal dan tidak sesuai dengan karakteristik masyarakat pengguna yang senang berinteraksi sosial. Apartemen ini dirasakan seperti penjara oleh penggunanya, lift hanya berhenti setiap tiga lantai sehingga jarang terjadi interaksi sosial antar pengguna, ujung tangga dan ruangan tangga yang gelap menjadi sarang penjahat, serta halaman rumput yang menjadi tempat sampah.

Oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diharapakan seperti contoh tersebut, hendaknya perancang atau arsitek mengerti terlebih dahulu konteks lingkungan yang akan ia rancang.  Misalnya pada perancangan  bangunan perpustakaan dengan menempatkan rak buku dekat dengan  meja baca agar pengguna yang melihat buku tidak ribut atau mengganggu pembaca buku. Dengan demikian, ciri perpustakaan yang nyaman dan tenang akan dicapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar