Minggu, 04 November 2012

ASPEK LINGKUNGAN TERHADAP ARSITEKTUR.


 Aspek Perilaku-Lingkungan sangat penting dalam bidang arsitektur karena dalam merancang, seorang arsitek harus memperhatikan segala aspek perilaku manusia dan juga lingkungannya agar apa yang dirancangnya sesuai atau berfungsi seperti yang diharapkan.

Contohnya, untuk mendesain sebuah pusat belanja untuk kalangan menengah kebawah tentu berbeda dengan perumahan untuk kalangan menengah ke atas. Perilaku masyarakat menengah kebawah yang memiliki gaya hidup beraktivitas secara komunal diruang terbuka sehingga diperlukan sebuah wadah yang dapat dijadikan sebagai tempat interaksi antar masyarakat seperti pasar tradisional. Sedangkan masyarakat menengah keatas yang memiliki gaya hidup beraktivitas secara individual sehingga mereka lebih membutuhkan wadah yang dapat mendukung aktivitas mereka secara cepat seperti pasar modern atau swalayan.


Contoh lain yaitu mendesain suatu perkampungan di daerah pesisir. Lingkungannya yang berair tentu akan membutuhkan sebuah tempat tinggal yang mampu melidungi mereka dari pasang atau banjir. Dengan demikian, perlu dibuat rumah yang berbentuk panggung. Pola perilaku masyarakat yang suka berinteraksi diwujudkan dalam bentuk perumahan yang berdekatan dan suatu tempat yang dapat membuat mereka selalu berinteraksi seperti sebuah darmaga dan balai-balai rapat atau pengajian.

Oleh karena itu, aspek perilaku dan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting dalam perancangan arsitektur karena menyangkut dengan kebutuhan paling dasar atau kebutuhan psikologis manusia.

Pendekatan psikologi lingkungan arsitektur dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa suatu bangunan dimanfaatkan tidak sesuai dengan rancangan peruntukannya/fungsinya, atau bangunan yang dimanfaatkan penggunanya setelah dilakukan perubahan tatanan setting fisiknya.

Psikologi lingkungan adalah lahan baru dalam rangkaian pengetahuan yang lahir karena kebutuhan sosial. Hal itu sekarang merupakan bagian dari struktural teorikal yang setara dalam kaidah teorikal yang lain.

Fokus utama psikologi lingkungan adalah hubungan manusia dengan lingkungannya. Namun ini terkadang malah dapat menjadi dikotomi (punya arti mendua) antara personal disatu sisi dengan lingkungan sisi lainnya.

Brent C. Brolin dalam bukunya The Failure of Modern Architecture mengemukakan bahwa salah satu kesalahan terbesar sehingga langgam modern mengalami keruntuhan yakni tidak adanya harmonisasi dan asimilasi antara desain dengan konteksnya

Banyak contoh karya arsitektur yang gagal dalam menampung aspirasi dan apresiasi penggunanya. Contohnya seperti lampu taman yang bentuknya seperti tempat sampah atau tempat sampah yang mirip hiasan taman atau cerobong asap. Sehingga masyarakat salah dalam mempersepsikan fungsinya. Tidak hanya desain kecil yang gagal tetapi ada juga karya besar yang mengalami hal yang sama akibat tidak menggunakan  pendekatan psikologi lingkungan arsitektur dalam proses perancangannya.

Seperti karya sang maestro Le Corbusier yang tidak tepat guna di Chandigarh. Kota yang dirancang dengan gaya barat modern, yang memperhatikan kebutuhan manusia akan cahaya, ruang, dan udara ini tentu saja merupakan suatu rancangan yang sangat luar biasa. Namun, apa yang salah dari rancangan ini? Tentu saja kesalahan terbesar yang dilakukan sang maestro adalah tidak memasukkan karakteristik lokal dalam karyanya tersebut seperti kebiasaan berinteraksi masyarakat India di pasar diganti dengan gedung-gedung swalayan yang serba instan. Akibatnya, kota ini menjadi tidak bermakna dan hanya sebagai penanda.

Contoh lainnya yaitu Apartemen Pruitt Igoe di St. Louis, karya yang mendapat penghargaan IAI Amerika ini merupakan model perumahan yang nyaman dengan biaya sewa yang murah bagi masyarakat menengah kebawah. Namun, 15 tahun kemudian bangunan ini dirobohkan karena gagal dan tidak sesuai dengan karakteristik masyarakat pengguna yang senang berinteraksi sosial. Apartemen ini dirasakan seperti penjara oleh penggunanya, lift hanya berhenti setiap tiga lantai sehingga jarang terjadi interaksi sosial antar pengguna, ujung tangga dan ruangan tangga yang gelap menjadi sarang penjahat, serta halaman rumput yang menjadi tempat sampah.

Oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diharapakan seperti contoh tersebut, hendaknya perancang atau arsitek mengerti terlebih dahulu konteks lingkungan yang akan ia rancang.  Misalnya pada perancangan  bangunan perpustakaan dengan menempatkan rak buku dekat dengan  meja baca agar pengguna yang melihat buku tidak ribut atau mengganggu pembaca buku. Dengan demikian, ciri perpustakaan yang nyaman dan tenang akan dicapai.

Kamis, 01 November 2012

dampak pembangunan pasca huni



KATA PENGANTAR
          Puji syukur kita panjatkan kehadirat  Allah SWT yang elah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penyusunan tugas ini dapat di selesaikan.
Tugas ini di buat untuk mata kuliah Arsitek Dan Lingkungan dengan judul DAMPAK PEMBANGUNAN ARSITEKTUR untuk fakultas teknik sipil dan perencanaan jurusan arsitektur universias gunadarma.
Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Rehulina Apriyanti selaku dosen mata kuliah Arsitektur dan Lingkungan yang telah membimbing dan memberikan materi untuk mata kuliah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan tulisan ini. Untuk itu penulis mohon maaf jika ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan tugas ini. Demikianlah makalah ini disusun, agar dapat memenuhi tugas mata kuliah Arsitektur dan Lingkungan.
                       
                                                                                                            Depok 22 oktober 2012
                                                                                                                        Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

          Dalam sebuah perancangan suatu bangunan, banyak permasalahan-permasalahan atau dampak yang dapat kita temui, salah satunya adalah permasalahan bangunan pasca huni. Permasalahan bangunan pasca huni ini di sebabkan oleh berbagai faktor. mulai dari faktor kesalahan pada saat perancangan hingga faktor kurang di rawatnya bangunan itu sendiri. 
Tulisan ini akan membahas suatu dampak pembangunan arsitektur dan menganalisa permasalahannya sehingga di dapatkan pemecahan dari masalah yang ada.
Tujuan di buatnya makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Arsitektur dan Lingkungan dan juga untuk mengetahui  bagaimana dan apa saja masalah yang ada dari dampak pembangunan dan dapat bermanfaat menambah wawasan untuk pembaca.

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan dasar tentang Evaluasi pasca huni (EPH)
            Evaluasi pasca huni adalah evaluasi terhadap bangunan dengan cara sistematis dan teliti setelah bangunan selesai dibangun dan telah dipakai untuk beberapa waktu. Focus EPH adalah kepada si pemakai dan kebutuhan pemakai, sehingga mereka dapat memberikan pengetahuan yang mendasar mengenai akibat dari keputusan design-design masa lalu dan dari hasil kinerja bangunan.pengetahuan ini menjadi sebuah dasaryang baik untuk menciptakan bangunan yang lebih baikdi masa mendatang.
2.2 Tahapan evaluasi pasca huni
            Dalam pelaksanaan pasca huni teradapat 3 tahap, yaitu :
1.  Planning atau perncanaan, yaitu membuat rancangan evaluasi berupa perumusan tujuan, sasaran, selain itu rancangan perumusan waktu, tenaga, biaya, sumber informasi, alat alat yang dibutuhkan, dll.
2.  Conducting atau pengaturan pelaksanaan, yaitu kegiatan berupa pengumpulan data, analisis, merumuskan temuan temuan serta menyusun rekomendasi evaluasi.
3.  Applying atau pelaporan hasil , yaitu tindak lanjut atau implementasi setelah melakukan pasca huni.
2.3 Dampak pembangunan arsitektur
            Pembangunan menimbulkan suatu dampak, baik terhadap makhluk hidup maupun terhadap lingkungan. Dampak terhadap lingkungan antara lain adalah terjadinya bencana banjir, kekeringan, erosi tanah, pencemaran lingkungan, matinya beberapa jenis tumbuhan dan hewan.

            Pembangunan tersebut erat kaitannya dengan perubahan penggunaan lahan. Apabila terjadi perubahan penggunaan lahan, misalnya di daerah hulu/atas berupa hutan lindung digunakan untuk permukiman atau perumahan sedangkan daerah hilir digunakan untuk industry dan permukiman, maka akan berdampak besar untuk daerah itu sendiri maupun daerah di bawahnya.
Terjadi erosi atau longsor di bagian atas/hulu karena terjadi penggundulan hutan yang dialihfungsikan untuk perumahan. Selain itu karena terjadi perubahan penggunaan lahan, juga terjadi kerusakan suatu ekosistem yang menyebabkan habitat tanaman atau binatang rusak. Hal tersebut sangat berdampak kepada beberapa tumbuhan atau hewan yang punya karakter khusus, yaitu hanya dapat bertahan hidup pada daerah dengan keadaan tertentu. Dibagian hilir dapat terjadi banjir karena di bagian hulu telah terjadi alih fungsi lahan dari hutan lindung menjadi permukiman, sehingga daerah diatas akan mengirimkan limpasan sedangkan daerah hilir. Karena daerah hilir juga mengalami perubahan penggunaan lahan, dari kebun menjadi industry maupun permukiman untuk kegiatan ekonomi, sehingga daerah resapan air semakin sedikit. Potensi banjir juga semakin besar.


            Kekeringan juga mungkin dapat terjadi akibat pembangunan, dengan penggunaan airtanah yang berlebihan karena pembangunan besar-besaran maka persediaan airtanah semakin sedikit, sementara air hujan yang masuk kedalam tanah lebih lambat dari air yang digunakan/dipompa.
BAB 3
METODOLOGI
Metode penelitian yang dipakai dalam evaluasi ini adalah metode analisis data dan jenis. Sumber data yang di pakai adalah data sekunder.
Dalam evaluasi pasca huni ini bertujuan untuk mengetahui dampak dan permasalahan apa saja yang akan terjadi terhadap bangunan beberapa tahun kedepan. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya berbagai dampak negative yang akan terjadi pada bangunan tersebut.
Banyak cara yang dapat di lakukan agar bangunan tetap berfungsi sebagaimana mestinya dan terhindar dari berbagai permasalahan dan dampak buruk. Berikut adalah penyelesaiannya :
Membuat bangunan berkelanjutan dimulai dengan pemilihan lokasi yang tepat, termasuk pertimbangan penggunaan kembali atau rehabilitasi bangunan yang ada. Lokasi, orientasi, dan lansekap sebuah bangunan mempengaruhi ekosistem lokal, metode transportasi, dan penggunaan energi. Memasukkan prinsip-prinsip pertumbuhan Smart dalam proses pembangunan proyek, apakah itu sebuah gedung, kampus atau pangkalan militer. Penempatan untuk keamanan fisik merupakan isu penting dalam mengoptimalkan desain situs, termasuk lokasi jalan akses, parkir, hambatan kendaraan, dan lampu perimeter. Apakah merancang sebuah bangunan baru atau retrofitting sebuah bangunan yang ada, desain situs harus mengintegrasikan dengan desain yang berkelanjutan untuk mencapai suatu proyek yang sukses.

* Gunakan Optimalkan Energi

Dengan pasokan Amerika bahan bakar fosil berkurang, kekhawatiran untuk kemerdekaan energi dan meningkatkan keamanan, dan dampak dari perubahan iklim global yang timbul, adalah penting untuk mencari cara untuk mengurangi beban, meningkatkan efisiensi, dan memanfaatkan sumber daya energi terbarukan di fasilitas federal.

* Melindungi dan Menghemat Air

Di banyak negara, air bersih merupakan sumber semakin langka. Sebuah bangunan yang berkelanjutan harus mengurangi, kontrol, dan / atau mengobati limpasan situs, penggunaan air secara efisien, dan penggunaan kembali atau daur ulang air untuk digunakan di tempat, jika memungkinkan.

* Lebih baik Gunakan Produk Lingkungan

            Sebuah bangunan yang berkelanjutan adalah dibuat dari bahan yang meminimalkan dampak siklus kehidupan lingkungan seperti pemanasan global, penipisan sumber daya, dan toksisitas manusia. Lingkungan bahan disukai memiliki efek mengurangi terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dan berkontribusi untuk meningkatkan keselamatan pekerja dan kesehatan, kewajiban mengurangi, biaya pembuangan dikurangi, dan pencapaian tujuan lingkungan.

* Meningkatkan Kualitas Lingkungan Indoor (IEQ)

            Kualitas lingkungan indoor (IEQ) dari sebuah bangunan memiliki dampak signifikan pada kesehatan penghuni, kenyamanan, dan produktivitas. Di antara atribut lain, sebuah bangunan yang berkelanjutan memaksimalkan pencahayaan; memiliki ventilasi yang tepat dan kontrol kelembaban, dan menghindari penggunaan bahan-bahan dengan emisi tinggi VOC. Selain itu, pertimbangkan ventilasi dan penyaringan untuk mengurangi kimia, biologi, dan serangan radiologi.

* Operasional dan Pemeliharaan Praktek Optimalkan

            Mengingat operasi bangunan dan isu pemeliharaan selama tahap desain awal fasilitas akan memberikan kontribusi untuk lingkungan kerja yang baik, produktivitas yang lebih tinggi, energi dan biaya sumber daya, dan mencegah kegagalan sistem. Mendorong bangunan operator dan personil perawatan untuk berpartisipasi dalam tahap desain dan pengembangan untuk menjamin operasi yang optimal dan pemeliharaan gedung.
Desainer dapat menentukan bahan dan sistem yang mempermudah dan mengurangi kebutuhan perawatan; membutuhkan air lebih sedikit, energi, dan bahan kimia beracun dan pembersih untuk menjaga, dan biaya-efektif dan mengurangi biaya hidup-siklus. Selain itu, fasilitas desain untuk menyertakan meter untuk melacak kemajuan inisiatif keberlanjutan, termasuk penurunan penggunaan energi dan air dan limbah, dalam fasilitas tersebut dan di situs.


*Kembali ke atas Terkait Isu

            Membangun ketahanan adalah kemampuan bangunan untuk terus berfungsi dan beroperasi di bawah kondisi ekstrim, seperti (tetapi tidak terbatas pada) suhu ekstrim, kenaikan permukaan laut, bencana alam, dll Seperti lingkungan binaan menghadapi efek yang akan datang dari perubahan iklim global , pemilik bangunan, desainer, dan pembangun dapat merancang fasilitas untuk ketahanan bangunan mengoptimalkan.
Membangun beradaptasi adalah kapasitas bangunan yang akan digunakan untuk menggunakan beberapa dan dalam berbagai cara sepanjang umur bangunan. Sebagai contoh, merancang sebuah bangunan dengan dinding bergerak / partisi memungkinkan user yang berbeda untuk mengubah ruang. Selain itu, menggunakan desain yang berkelanjutan memungkinkan untuk membangun untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda dan kondisi.
BAB 4
STUDI KASUS
1.    LAWANG SEWU
Lawang Sewu merupakan sebuah gedung di Semarang, Jawa Tengah yang merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.

    
Pendataan Kerusakan Gedung Lawang Sewu
Dari pekerjaan pendataan kerusakan gedung lawang Sewu, khususnya bangunan A dan C, dapat disimpulkan sebagai berikut :
  1. Degradasi pada kedua gedung tersebut dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) hal, yaitu :
a.Kerusakan (decay)
Adalah kerusakan yang disebabkan oleh faktor manusia atau faktor mekanik, kedua faktor tersebut banyak terdapat dalam keseluruhan bangunan. Sebagai contoh, karena kesengajaan atau ketidaktahuan manusia maka pengambilan elemen dipindahkan dari tempat aslinya sehingga menyebabkan terganggunya keaslian (otentisitas) bangunan, akibatnya terjadi kerusakan lebih lanjut. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor mekanik adalah kerusakan yang menyebabkan bahan penyusun berubah dari kondisi aslinya (bentuk, volume dan lain-lain). Misal, pecahnya bahan penutup lantai atau keramik dinding akibat benturan, pengelupasan plester dinding oleh tangan manusia dan sebagainya.
b.Pelapukan (deterioration)
Adalah berubahnya bahan penyusun akibat pengaruh alam, sinar matahari, angina, air laut, curah hujan dan kelembaban sehingga menyebabkan kerusakan karena melemahnya (degradasi) bahan penyusun tersebut. Misal, langit-langit pada bangunan membujur pula sebuah selasar lagi.
Selasar di lantai 2 gedung A yang terbuah dari bahan organic (kayu jati) menjadi rapuh karena penutup atap tidak rapat sehingga saat hujan air selalu membasahi kayu tersebut. Terurainya komponen dari bahan organic menyebabkan degradasi bahan penyusun sehingga mempengaruhi keindahan, volume dan berat dari bahan itu sendiri. Dari pendataan tersebut diketahui baha secara garis besar, gedung Lawang Sewu mengalami degradasi bahan penyusun disebabkan karena pelakukan yang disebabkan factor klimatologi/cuaca (dipengaruhi oleh keadaan fisik dari atmosfir pada sauatu waktu di suatu daerah). Keadaan atmosfir ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : Suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, curah hujan serta arah dan kecepatan angin.
  1. Secara arkeologi, temuan-temuan penyebab kerusakan berdasarkan artefak dan matriks dapat dijadikan bukti kuat bahwa sistem teknologi pada waktu itu menjadi salah satu cirri kebudayaan wal abad 20 di Indonesia.
  2. Berdasarkan referensi dengan cara meletakkan arkeologi sejarah (historical archeology) pada kontels pembangunan gedung Lawang Sewu, dapat diketahui urutan pembangunannya, teknologi yang dipakai, sistem management yang dilakukan yang sanggup menjawab bagaimana bangunan yang telah berusia lebih dari satu abad dapat bertahan dengan amat baik.
  3. Secara arsitektural, dapat dikatakan semua prinsip perancangan masih utuh, missal: belum terjadi perubahan proporsi akibat peninggian tanah. Namun secara detail, sudah cukup banyak kehilangan otentisitas, missal lengkung depan atas bekas symbol bintang saat dipakai untuk keperluan militer, sebelumnya adalah hiasan yang terbuat dari tembikar, pecahnya kata patri di bagian tertentu, hilangnya daun pintu, hilangnya daun jendela, ditutupnya dinding dengan dinding baru, hilangnya beberapa grendel, slot pintu, engsel serta aksesoris lainnya, hilangnya kayu-kayu konstruksi.
  4. Cukup banyak ditemui kerusakan yang disebabkan oleh manusia, hal ini tentu bias disebut kerusakan terstruktur karena munculnya kerusakan tersebut disebabkan secara struktural: pemilik bangunan, pemerintah kota serta masyarakat yang kurang peduli terhadap bangunan bersejarah tersebut. Hal ini merupakan penyebab kerusakan yang harus segera diatasi.
2. RUSUNAWA KALIGAWE
     Contoh permasalahan bangunan pasca huni yang ke dua adalah bangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kaligawe yang berlokasi di semarang.
KONDISI Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kaligawe kian memrihatinkan. Selain kesan kumuh, banyak rumput yang tidak dipotong. Kerusakan mulai menggerogoti bangunan yang baru dihuni beberapa tahun ini.

AREA Rusunawa Kaligawe terlihat kumuh, tumbuhan rumput liar juga terlihat cukup tinggi, menandakan kurangnya perhatian pengelola ataupun penghuni rusun untuk membersihkan tempat huniannya.

Tak hanya rumput liar yang tinggi, di salah satu blok yaitu Blok G, tampak sampah tercecer di mana-mana. Bahkan selokan juga tampak mampet, sehingga aliran air dari kamar mandi tidak terserap. Selain itu juga timbul bau tak sedap yang diduga berasal dari sapiteng kelas yang rusak. Beberapa tembok dan kamar mandi umum bagian bawah tampak retak.

kerusakan sudah mulai terjadi di Rusunawa. Namun sama sekali tidak ada upaya dari pemerintah untuk memperbaikinya.
Selain itu, saluran got di lantai bawah juga tidak mengalir karena mampet. Alhasil, di bagian bawah tercium pekat bau tak sedap. Hal ini sudah lama terjadi, sekitar satu tahun. Karena septic tank-nya sudah penuh, sehingga tidak muat kotoran meluap ke atas.
Dengan kondisi kerusakan tersebut, banyak penghuni asli yang harusnya menempati Rusunawa tersebut, terpaksa menyewakan rumahnya kepada orang lain. Hal itu diakui pula oleh Rohadi, rumah yang ia tinggali tersebut bukanlah miliknya. Ia menyewa selama per semester dengan harga Rp 1,5 juta. Kondisi kerusakan serupa juga terjadi hampir di semua blok. Terutama di blok-blok lama seperti blok F dan blok E. Banyak warga yang mengeluhkan kondisi bangunan yang mulai rusak karena minim perbaikan.
BAB 5
PEMBAHASAN
     Berdasarkan studi kasus di atas dapat kita lihat bahwa bangunan yang sudah siap dan lama di huni pun dapat mengalami permasalahan. Selain faktor perancangan atau konstruksi, faktor perawatan dan kebersihan pun menjadi permasalahan pasca huni. jadi kita juga harus memperhatikan kebersihan dan perawatan pembangunan agar bangunan tetap terawat dan terhindar dari berbagai macam permasalahan.
Maka diperlukan management tersendiri untuk mencegah tindakan kerusakan, misal :
    1. memberikan petunjuk dan peringatan yang disertai dengan upaya pemahaman akan arti penting nilai dan makna dari sebuah gedung Lawang Sewu.
    2. Meningkatkan kesadaran masyarakat (baik pemilik maupun pengguna) tentang fungsi dan guna bangunan bersejarah. Dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan akselerasi pemahaman kebudayaan secara komprehensif.
    3. Melalui unit terkait melakukan tindakan penyelamatan baik secara teknis maupun non teknis. 
Dengan melakukan upaya-upaya tersebut, dampak buruk dari permasalahan bangunan pasca huni dapat di minimalisir.
BAB 6
PENUTUPAN
SARAN
            Dengan mengetahui berbagai permasalahan  dan bahasan dari pembahasan ini, alangkah baiknya kita sebagai warga yang baik dapat lebih menjaga dan merawat bangunan-bangunan yang ada, dan bagi para arsitek mungkin harus lebih memperhatikan rancangannya agar dapat bertahan dan berfungsi lebih lama.
KESIMPULAN
            Dari seluruh pembahasan dari karya tulis ini dapat kita simpulkan bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan dari para arsitek dalam perancangannya dan masih kurang pula kesadaran masyarakat akan menjaga bangunan agar bangunan tersebut dapat bertahan lama dan terhidar dari dampak negatif yang akan merugikan orang banyak.
            Semoga hasil tulis ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan kurang lebihnya penulis meminta maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam tugas tulis ini. Terima kasih.

dampak pembangunan pasca huni



KATA PENGANTAR
          Puji syukur kita panjatkan kehadirat  Allah SWT yang elah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penyusunan tugas ini dapat di selesaikan.
Tugas ini di buat untuk mata kuliah Arsitek Dan Lingkungan dengan judul DAMPAK PEMBANGUNAN ARSITEKTUR untuk fakultas teknik sipil dan perencanaan jurusan arsitektur universias gunadarma.
Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Rehulina Apriyanti selaku dosen mata kuliah Arsitektur dan Lingkungan yang telah membimbing dan memberikan materi untuk mata kuliah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan tulisan ini. Untuk itu penulis mohon maaf jika ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan tugas ini. Demikianlah makalah ini disusun, agar dapat memenuhi tugas mata kuliah Arsitektur dan Lingkungan.
                       
                                                                                                            Depok 22 oktober 2012
                                                                                                                        Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

          Dalam sebuah perancangan suatu bangunan, banyak permasalahan-permasalahan atau dampak yang dapat kita temui, salah satunya adalah permasalahan bangunan pasca huni. Permasalahan bangunan pasca huni ini di sebabkan oleh berbagai faktor. mulai dari faktor kesalahan pada saat perancangan hingga faktor kurang di rawatnya bangunan itu sendiri. 
Tulisan ini akan membahas suatu dampak pembangunan arsitektur dan menganalisa permasalahannya sehingga di dapatkan pemecahan dari masalah yang ada.
Tujuan di buatnya makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Arsitektur dan Lingkungan dan juga untuk mengetahui  bagaimana dan apa saja masalah yang ada dari dampak pembangunan dan dapat bermanfaat menambah wawasan untuk pembaca.

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan dasar tentang Evaluasi pasca huni (EPH)
            Evaluasi pasca huni adalah evaluasi terhadap bangunan dengan cara sistematis dan teliti setelah bangunan selesai dibangun dan telah dipakai untuk beberapa waktu. Focus EPH adalah kepada si pemakai dan kebutuhan pemakai, sehingga mereka dapat memberikan pengetahuan yang mendasar mengenai akibat dari keputusan design-design masa lalu dan dari hasil kinerja bangunan.pengetahuan ini menjadi sebuah dasaryang baik untuk menciptakan bangunan yang lebih baikdi masa mendatang.
2.2 Tahapan evaluasi pasca huni
            Dalam pelaksanaan pasca huni teradapat 3 tahap, yaitu :
1.  Planning atau perncanaan, yaitu membuat rancangan evaluasi berupa perumusan tujuan, sasaran, selain itu rancangan perumusan waktu, tenaga, biaya, sumber informasi, alat alat yang dibutuhkan, dll.
2.  Conducting atau pengaturan pelaksanaan, yaitu kegiatan berupa pengumpulan data, analisis, merumuskan temuan temuan serta menyusun rekomendasi evaluasi.
3.  Applying atau pelaporan hasil , yaitu tindak lanjut atau implementasi setelah melakukan pasca huni.
2.3 Dampak pembangunan arsitektur
            Pembangunan menimbulkan suatu dampak, baik terhadap makhluk hidup maupun terhadap lingkungan. Dampak terhadap lingkungan antara lain adalah terjadinya bencana banjir, kekeringan, erosi tanah, pencemaran lingkungan, matinya beberapa jenis tumbuhan dan hewan.

            Pembangunan tersebut erat kaitannya dengan perubahan penggunaan lahan. Apabila terjadi perubahan penggunaan lahan, misalnya di daerah hulu/atas berupa hutan lindung digunakan untuk permukiman atau perumahan sedangkan daerah hilir digunakan untuk industry dan permukiman, maka akan berdampak besar untuk daerah itu sendiri maupun daerah di bawahnya.
Terjadi erosi atau longsor di bagian atas/hulu karena terjadi penggundulan hutan yang dialihfungsikan untuk perumahan. Selain itu karena terjadi perubahan penggunaan lahan, juga terjadi kerusakan suatu ekosistem yang menyebabkan habitat tanaman atau binatang rusak. Hal tersebut sangat berdampak kepada beberapa tumbuhan atau hewan yang punya karakter khusus, yaitu hanya dapat bertahan hidup pada daerah dengan keadaan tertentu. Dibagian hilir dapat terjadi banjir karena di bagian hulu telah terjadi alih fungsi lahan dari hutan lindung menjadi permukiman, sehingga daerah diatas akan mengirimkan limpasan sedangkan daerah hilir. Karena daerah hilir juga mengalami perubahan penggunaan lahan, dari kebun menjadi industry maupun permukiman untuk kegiatan ekonomi, sehingga daerah resapan air semakin sedikit. Potensi banjir juga semakin besar.


            Kekeringan juga mungkin dapat terjadi akibat pembangunan, dengan penggunaan airtanah yang berlebihan karena pembangunan besar-besaran maka persediaan airtanah semakin sedikit, sementara air hujan yang masuk kedalam tanah lebih lambat dari air yang digunakan/dipompa.
BAB 3
METODOLOGI
Metode penelitian yang dipakai dalam evaluasi ini adalah metode analisis data dan jenis. Sumber data yang di pakai adalah data sekunder.
Dalam evaluasi pasca huni ini bertujuan untuk mengetahui dampak dan permasalahan apa saja yang akan terjadi terhadap bangunan beberapa tahun kedepan. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya berbagai dampak negative yang akan terjadi pada bangunan tersebut.
Banyak cara yang dapat di lakukan agar bangunan tetap berfungsi sebagaimana mestinya dan terhindar dari berbagai permasalahan dan dampak buruk. Berikut adalah penyelesaiannya :
Membuat bangunan berkelanjutan dimulai dengan pemilihan lokasi yang tepat, termasuk pertimbangan penggunaan kembali atau rehabilitasi bangunan yang ada. Lokasi, orientasi, dan lansekap sebuah bangunan mempengaruhi ekosistem lokal, metode transportasi, dan penggunaan energi. Memasukkan prinsip-prinsip pertumbuhan Smart dalam proses pembangunan proyek, apakah itu sebuah gedung, kampus atau pangkalan militer. Penempatan untuk keamanan fisik merupakan isu penting dalam mengoptimalkan desain situs, termasuk lokasi jalan akses, parkir, hambatan kendaraan, dan lampu perimeter. Apakah merancang sebuah bangunan baru atau retrofitting sebuah bangunan yang ada, desain situs harus mengintegrasikan dengan desain yang berkelanjutan untuk mencapai suatu proyek yang sukses.

* Gunakan Optimalkan Energi

Dengan pasokan Amerika bahan bakar fosil berkurang, kekhawatiran untuk kemerdekaan energi dan meningkatkan keamanan, dan dampak dari perubahan iklim global yang timbul, adalah penting untuk mencari cara untuk mengurangi beban, meningkatkan efisiensi, dan memanfaatkan sumber daya energi terbarukan di fasilitas federal.

* Melindungi dan Menghemat Air

Di banyak negara, air bersih merupakan sumber semakin langka. Sebuah bangunan yang berkelanjutan harus mengurangi, kontrol, dan / atau mengobati limpasan situs, penggunaan air secara efisien, dan penggunaan kembali atau daur ulang air untuk digunakan di tempat, jika memungkinkan.

* Lebih baik Gunakan Produk Lingkungan

            Sebuah bangunan yang berkelanjutan adalah dibuat dari bahan yang meminimalkan dampak siklus kehidupan lingkungan seperti pemanasan global, penipisan sumber daya, dan toksisitas manusia. Lingkungan bahan disukai memiliki efek mengurangi terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dan berkontribusi untuk meningkatkan keselamatan pekerja dan kesehatan, kewajiban mengurangi, biaya pembuangan dikurangi, dan pencapaian tujuan lingkungan.

* Meningkatkan Kualitas Lingkungan Indoor (IEQ)

            Kualitas lingkungan indoor (IEQ) dari sebuah bangunan memiliki dampak signifikan pada kesehatan penghuni, kenyamanan, dan produktivitas. Di antara atribut lain, sebuah bangunan yang berkelanjutan memaksimalkan pencahayaan; memiliki ventilasi yang tepat dan kontrol kelembaban, dan menghindari penggunaan bahan-bahan dengan emisi tinggi VOC. Selain itu, pertimbangkan ventilasi dan penyaringan untuk mengurangi kimia, biologi, dan serangan radiologi.

* Operasional dan Pemeliharaan Praktek Optimalkan

            Mengingat operasi bangunan dan isu pemeliharaan selama tahap desain awal fasilitas akan memberikan kontribusi untuk lingkungan kerja yang baik, produktivitas yang lebih tinggi, energi dan biaya sumber daya, dan mencegah kegagalan sistem. Mendorong bangunan operator dan personil perawatan untuk berpartisipasi dalam tahap desain dan pengembangan untuk menjamin operasi yang optimal dan pemeliharaan gedung.
Desainer dapat menentukan bahan dan sistem yang mempermudah dan mengurangi kebutuhan perawatan; membutuhkan air lebih sedikit, energi, dan bahan kimia beracun dan pembersih untuk menjaga, dan biaya-efektif dan mengurangi biaya hidup-siklus. Selain itu, fasilitas desain untuk menyertakan meter untuk melacak kemajuan inisiatif keberlanjutan, termasuk penurunan penggunaan energi dan air dan limbah, dalam fasilitas tersebut dan di situs.


*Kembali ke atas Terkait Isu

            Membangun ketahanan adalah kemampuan bangunan untuk terus berfungsi dan beroperasi di bawah kondisi ekstrim, seperti (tetapi tidak terbatas pada) suhu ekstrim, kenaikan permukaan laut, bencana alam, dll Seperti lingkungan binaan menghadapi efek yang akan datang dari perubahan iklim global , pemilik bangunan, desainer, dan pembangun dapat merancang fasilitas untuk ketahanan bangunan mengoptimalkan.
Membangun beradaptasi adalah kapasitas bangunan yang akan digunakan untuk menggunakan beberapa dan dalam berbagai cara sepanjang umur bangunan. Sebagai contoh, merancang sebuah bangunan dengan dinding bergerak / partisi memungkinkan user yang berbeda untuk mengubah ruang. Selain itu, menggunakan desain yang berkelanjutan memungkinkan untuk membangun untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda dan kondisi.
BAB 4
STUDI KASUS
1.    LAWANG SEWU
Lawang Sewu merupakan sebuah gedung di Semarang, Jawa Tengah yang merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.

    
Pendataan Kerusakan Gedung Lawang Sewu
Dari pekerjaan pendataan kerusakan gedung lawang Sewu, khususnya bangunan A dan C, dapat disimpulkan sebagai berikut :
  1. Degradasi pada kedua gedung tersebut dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) hal, yaitu :
a.Kerusakan (decay)
Adalah kerusakan yang disebabkan oleh faktor manusia atau faktor mekanik, kedua faktor tersebut banyak terdapat dalam keseluruhan bangunan. Sebagai contoh, karena kesengajaan atau ketidaktahuan manusia maka pengambilan elemen dipindahkan dari tempat aslinya sehingga menyebabkan terganggunya keaslian (otentisitas) bangunan, akibatnya terjadi kerusakan lebih lanjut. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor mekanik adalah kerusakan yang menyebabkan bahan penyusun berubah dari kondisi aslinya (bentuk, volume dan lain-lain). Misal, pecahnya bahan penutup lantai atau keramik dinding akibat benturan, pengelupasan plester dinding oleh tangan manusia dan sebagainya.
b.Pelapukan (deterioration)
Adalah berubahnya bahan penyusun akibat pengaruh alam, sinar matahari, angina, air laut, curah hujan dan kelembaban sehingga menyebabkan kerusakan karena melemahnya (degradasi) bahan penyusun tersebut. Misal, langit-langit pada bangunan membujur pula sebuah selasar lagi.
Selasar di lantai 2 gedung A yang terbuah dari bahan organic (kayu jati) menjadi rapuh karena penutup atap tidak rapat sehingga saat hujan air selalu membasahi kayu tersebut. Terurainya komponen dari bahan organic menyebabkan degradasi bahan penyusun sehingga mempengaruhi keindahan, volume dan berat dari bahan itu sendiri. Dari pendataan tersebut diketahui baha secara garis besar, gedung Lawang Sewu mengalami degradasi bahan penyusun disebabkan karena pelakukan yang disebabkan factor klimatologi/cuaca (dipengaruhi oleh keadaan fisik dari atmosfir pada sauatu waktu di suatu daerah). Keadaan atmosfir ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : Suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, curah hujan serta arah dan kecepatan angin.
  1. Secara arkeologi, temuan-temuan penyebab kerusakan berdasarkan artefak dan matriks dapat dijadikan bukti kuat bahwa sistem teknologi pada waktu itu menjadi salah satu cirri kebudayaan wal abad 20 di Indonesia.
  2. Berdasarkan referensi dengan cara meletakkan arkeologi sejarah (historical archeology) pada kontels pembangunan gedung Lawang Sewu, dapat diketahui urutan pembangunannya, teknologi yang dipakai, sistem management yang dilakukan yang sanggup menjawab bagaimana bangunan yang telah berusia lebih dari satu abad dapat bertahan dengan amat baik.
  3. Secara arsitektural, dapat dikatakan semua prinsip perancangan masih utuh, missal: belum terjadi perubahan proporsi akibat peninggian tanah. Namun secara detail, sudah cukup banyak kehilangan otentisitas, missal lengkung depan atas bekas symbol bintang saat dipakai untuk keperluan militer, sebelumnya adalah hiasan yang terbuat dari tembikar, pecahnya kata patri di bagian tertentu, hilangnya daun pintu, hilangnya daun jendela, ditutupnya dinding dengan dinding baru, hilangnya beberapa grendel, slot pintu, engsel serta aksesoris lainnya, hilangnya kayu-kayu konstruksi.
  4. Cukup banyak ditemui kerusakan yang disebabkan oleh manusia, hal ini tentu bias disebut kerusakan terstruktur karena munculnya kerusakan tersebut disebabkan secara struktural: pemilik bangunan, pemerintah kota serta masyarakat yang kurang peduli terhadap bangunan bersejarah tersebut. Hal ini merupakan penyebab kerusakan yang harus segera diatasi.
2. RUSUNAWA KALIGAWE
     Contoh permasalahan bangunan pasca huni yang ke dua adalah bangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kaligawe yang berlokasi di semarang.
KONDISI Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kaligawe kian memrihatinkan. Selain kesan kumuh, banyak rumput yang tidak dipotong. Kerusakan mulai menggerogoti bangunan yang baru dihuni beberapa tahun ini.

AREA Rusunawa Kaligawe terlihat kumuh, tumbuhan rumput liar juga terlihat cukup tinggi, menandakan kurangnya perhatian pengelola ataupun penghuni rusun untuk membersihkan tempat huniannya.

Tak hanya rumput liar yang tinggi, di salah satu blok yaitu Blok G, tampak sampah tercecer di mana-mana. Bahkan selokan juga tampak mampet, sehingga aliran air dari kamar mandi tidak terserap. Selain itu juga timbul bau tak sedap yang diduga berasal dari sapiteng kelas yang rusak. Beberapa tembok dan kamar mandi umum bagian bawah tampak retak.

kerusakan sudah mulai terjadi di Rusunawa. Namun sama sekali tidak ada upaya dari pemerintah untuk memperbaikinya.
Selain itu, saluran got di lantai bawah juga tidak mengalir karena mampet. Alhasil, di bagian bawah tercium pekat bau tak sedap. Hal ini sudah lama terjadi, sekitar satu tahun. Karena septic tank-nya sudah penuh, sehingga tidak muat kotoran meluap ke atas.
Dengan kondisi kerusakan tersebut, banyak penghuni asli yang harusnya menempati Rusunawa tersebut, terpaksa menyewakan rumahnya kepada orang lain. Hal itu diakui pula oleh Rohadi, rumah yang ia tinggali tersebut bukanlah miliknya. Ia menyewa selama per semester dengan harga Rp 1,5 juta. Kondisi kerusakan serupa juga terjadi hampir di semua blok. Terutama di blok-blok lama seperti blok F dan blok E. Banyak warga yang mengeluhkan kondisi bangunan yang mulai rusak karena minim perbaikan.
BAB 5
PEMBAHASAN
     Berdasarkan studi kasus di atas dapat kita lihat bahwa bangunan yang sudah siap dan lama di huni pun dapat mengalami permasalahan. Selain faktor perancangan atau konstruksi, faktor perawatan dan kebersihan pun menjadi permasalahan pasca huni. jadi kita juga harus memperhatikan kebersihan dan perawatan pembangunan agar bangunan tetap terawat dan terhindar dari berbagai macam permasalahan.
Maka diperlukan management tersendiri untuk mencegah tindakan kerusakan, misal :
    1. memberikan petunjuk dan peringatan yang disertai dengan upaya pemahaman akan arti penting nilai dan makna dari sebuah gedung Lawang Sewu.
    2. Meningkatkan kesadaran masyarakat (baik pemilik maupun pengguna) tentang fungsi dan guna bangunan bersejarah. Dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan akselerasi pemahaman kebudayaan secara komprehensif.
    3. Melalui unit terkait melakukan tindakan penyelamatan baik secara teknis maupun non teknis. 
Dengan melakukan upaya-upaya tersebut, dampak buruk dari permasalahan bangunan pasca huni dapat di minimalisir.
BAB 6
PENUTUPAN
SARAN
            Dengan mengetahui berbagai permasalahan  dan bahasan dari pembahasan ini, alangkah baiknya kita sebagai warga yang baik dapat lebih menjaga dan merawat bangunan-bangunan yang ada, dan bagi para arsitek mungkin harus lebih memperhatikan rancangannya agar dapat bertahan dan berfungsi lebih lama.
KESIMPULAN
            Dari seluruh pembahasan dari karya tulis ini dapat kita simpulkan bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan dari para arsitek dalam perancangannya dan masih kurang pula kesadaran masyarakat akan menjaga bangunan agar bangunan tersebut dapat bertahan lama dan terhidar dari dampak negatif yang akan merugikan orang banyak.
            Semoga hasil tulis ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan kurang lebihnya penulis meminta maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam tugas tulis ini. Terima kasih.