ASPEK PENGGUNA
·
Definisi
ASPEK adalah :
tanda: linguis
dapat mencatat dng baik ucapan-ucapan yg mempunyai -- fonemis; 2 sudut pandangan: mempertimbangkan sesuatu hendaknya
dr berbagai --; 3 pemunculan atau penginterpretasian
gagasan, masalah, situasi, dsb sbg pertimbangan yg dilihat dr sudut pandang
tertentu; 4 Ling kategori gramatikal verba yg
menunjukkan lama dan jenis perbuatan;
-- (http://www.artikata.com/arti-319794-aspek.html)
-- (http://www.artikata.com/arti-319794-aspek.html)
·
Definisi
PENGGUNA adalah :
orang
yg menggunakan: petani ~ irigasi belum semuanya mampu membayar biaya
fasilitas;
·
Definisi ASPEK PENGGUNA adalah :
sudut pandang yang mempertimbangkan
sesuatu hendaknya dari berbagai permasalahan, perbuatan dan penginterpretasian
gagasan, masalah, situasi, dsb.sebagai pertimbangan yang dilihat dari sudut
pandang penguna tersebut.
studi kasus
ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN
· Definisi ASPEK adalah :
tanda: linguis dapat mencatat dng baik ucapan-ucapan yg mempunyai -- fonemis; 2 sudut pandangan: mempertimbangkan sesuatu hendaknya dr berbagai --; 3 pemunculan atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi, dsb sbg pertimbangan yg dilihat dr sudut pandang tertentu; 4 Ling kategori gramatikal verba yg menunjukkan lama dan jenis perbuatan;
-- (http://www.artikata.com/arti-319794-aspek.html)
-- (http://www.artikata.com/arti-319794-aspek.html)
· Definisi PENGGUNA adalah :
orang yg menggunakan: petani ~ irigasi belum semuanya mampu membayar biaya fasilitas;
· Definisi ASPEK PENGGUNA adalah :
sudut
pandang yang mempertimbangkan sesuatu hendaknya dari berbagai
permasalahan, perbuatan dan penginterpretasian gagasan, masalah,
situasi, dsb.sebagai pertimbangan yang dilihat dari sudut pandang
penguna tersebut.
· Lokasi : Pasar senen, Jakarta pusat.
Kecamatan
senen, terletak di Jakarta pusat. Di kecamatan ini terletak stasiun
pasar senen. Planet senen ( yang meliputi pasar senen, stasiun senen,
gelanggang remaja senen, dan bioskop grand) merupakan tempat
berkumpulnya para seniman yang disebut seniman senen.
· SEJARAH :
Sejarah
Senen diawali dengan dibukanya Pasar Senen oleh Yustinus Vinck pada
tahun 1733. Selain Pasar Senen, Vinck juga membuka Pasar Tanah Abang.
Dua tahun berikutnya ia menghubungkan kedua pasar tersebut dengan sebuah
jalan, yang sekarang disebut Jl. Prapatan dan Jl. Kebon Sirih yang juga
merupakan jalur penghubung timur-barat pertama di Jakarta Pusat kini. Setelah
zaman kemerdekaan hingga tahun 1975, Senen menjadi pusat perdagangan
terkemuka di Jakarta. Pada tahun 1974 terjadi tragedi Malari yang
memporakporandakan Pasar Senen. Mahasiswa pada saat itu, marah atas
kebijakan ekonomi Indonesia yang bergantung pada Jepang. Dan Pasar Senen
merupakan simbol dari penjualan produk-produk Jepang.
Pada
awal abad ke-20, Senen telah menjadi jantung ibu kota dengan denyut
perdagangan yang tak pernah berhenti. Beberapa toko besar dan terkenal,
banyak berdiri di sepanjang Jalan Kramat Bunder, Jalan Kramat Raya,
Jalan Kwitang, dan Jalan Senen Raya. "Apotik Rathkamp" yang setelah
kemerdekaan menjadi Kimia Farma,
berdiri di seberang Segi Tiga Senen. Di Gang Kenanga terdapat toko
sepeda "Tjong & Co". Di Jalan Kramat Bunder terdapat rumah makan
terkenal "Padangsche Buffet".[1] Di
Jalan Kwitang terdapat toko buku Gunung Agung. Serta dua bioskop
terkenal, Rex Theater (kini Bioskop Grand) dan Rivoli Theater di Jalan
Kramat Raya. Di Pasar Senen terdapat toko Djohan Djohor milik saudagar
Minangkabau, yang terkenal karena sering memberikan potongan harga.
Pada periode 1960-1970, beberapa toko di atas telah lenyap atau berubah kepemilikan. Pada masa kepemimpinan Ali Sadikin,
pemerintah melakukan revitalisasi kawasan Senen, dengan membangun Pusat
Perdagangan Senen atau yang lebih dikenal dengan Proyek Senen[2] Pembangunan
Proyek Senen diikuti dengan pasar inpres dan Terminal Senen. Melengkapi
Proyek Senen, di tahun 1990 dibangun pula super blok modern, Atrium
Senen. Atrium Senen diisi sejumlah tenant internasional, seperti Yaohan dan Mark & Spencer, yang pada akhirnya menarik diri karena krisis ekonomi.
Selain proyek Senen dan Atrium Senen, Senen makin dipadati oleh pedagang
informal atau biasa disebut dengan pedagang kaki lima (PKL) yang
berjualan disepanjang jalan Kramat dan Kwitang. Jika di sisi Jalan
Kramat dipenuhi oleh pedagang-pedagang Minangkabau yang
menjual aneka penganan, maka Jalan Kwitang merupakan bursa buku
terbesar di Jakarta. Selain di kedua ruas jalan tersebut, di sisi
stasiun Pasar Senen yakni kawasan Poncol Senen juga banyak PKL yang
menjual barang-barang bekas atau barang-barang selundupan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar