Rabu, 24 Oktober 2012

ASPEK PENGGUNA


ASPEK PENGGUNA:


·         Definisi ASPEK adalah :
tanda: linguis dapat mencatat dng baik ucapan-ucapan yg mempunyai -- fonemis; 2 sudut pandangan: mempertimbangkan sesuatu hendaknya dr berbagai --; 3 pemunculan atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi, dsb sbg pertimbangan yg dilihat dr sudut pandang tertentu; 4 Ling kategori gramatikal verba yg menunjukkan lama dan jenis perbuatan; 
-- 
(http://www.artikata.com/arti-319794-aspek.html)
·         Definisi PENGGUNA adalah :
orang yg menggunakan: petani ~ irigasi belum semuanya mampu membayar biaya fasilitas;
·         Definisi ASPEK PENGGUNA adalah :
sudut pandang yang mempertimbangkan sesuatu hendaknya dari berbagai permasalahan, perbuatan dan penginterpretasian gagasan, masalah, situasi, dsb.sebagai pertimbangan yang dilihat dari sudut pandang penguna tersebut.

studi kasus


ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN

·         Definisi ASPEK adalah :
tanda: linguis dapat mencatat dng baik ucapan-ucapan yg mempunyai -- fonemis; 2 sudut pandangan: mempertimbangkan sesuatu hendaknya dr berbagai --; 3 pemunculan atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi, dsb sbg pertimbangan yg dilihat dr sudut pandang tertentu; 4 Ling kategori gramatikal verba yg menunjukkan lama dan jenis perbuatan; 
-- 
 (http://www.artikata.com/arti-319794-aspek.html)
·         Definisi PENGGUNA adalah :
orang yg menggunakan: petani ~ irigasi belum semuanya mampu membayar biaya fasilitas;
·         Definisi ASPEK PENGGUNA adalah :
sudut pandang yang mempertimbangkan sesuatu hendaknya dari berbagai permasalahan, perbuatan dan penginterpretasian gagasan, masalah, situasi, dsb.sebagai pertimbangan yang dilihat dari sudut pandang penguna tersebut.
·         Lokasi Pasar senen, Jakarta pusat.
      
Kecamatan senen, terletak di Jakarta pusat. Di kecamatan ini terletak stasiun pasar senen. Planet senen ( yang meliputi pasar senen, stasiun senen, gelanggang remaja senen, dan bioskop grand) merupakan tempat berkumpulnya para seniman yang disebut seniman senen.
·       SEJARAH :
Sejarah Senen diawali dengan dibukanya Pasar Senen oleh Yustinus Vinck pada tahun 1733. Selain Pasar Senen, Vinck juga membuka Pasar Tanah Abang. Dua tahun berikutnya ia menghubungkan kedua pasar tersebut dengan sebuah jalan, yang sekarang disebut Jl. Prapatan dan Jl. Kebon Sirih yang juga merupakan jalur penghubung timur-barat pertama di Jakarta Pusat kini. Setelah zaman kemerdekaan hingga tahun 1975, Senen menjadi pusat perdagangan terkemuka di Jakarta. Pada tahun 1974 terjadi tragedi Malari yang memporakporandakan Pasar Senen. Mahasiswa pada saat itu, marah atas kebijakan ekonomi Indonesia yang bergantung pada Jepang. Dan Pasar Senen merupakan simbol dari penjualan produk-produk Jepang.
Pada awal abad ke-20, Senen telah menjadi jantung ibu kota dengan denyut perdagangan yang tak pernah berhenti. Beberapa toko besar dan terkenal, banyak berdiri di sepanjang Jalan Kramat Bunder, Jalan Kramat Raya, Jalan Kwitang, dan Jalan Senen Raya. "Apotik Rathkamp" yang setelah kemerdekaan menjadi Kimia Farma, berdiri di seberang Segi Tiga Senen. Di Gang Kenanga terdapat toko sepeda "Tjong & Co". Di Jalan Kramat Bunder terdapat rumah makan terkenal "Padangsche Buffet".[1] Di Jalan Kwitang terdapat toko buku Gunung Agung. Serta dua bioskop terkenal, Rex Theater (kini Bioskop Grand) dan Rivoli Theater di Jalan Kramat Raya. Di Pasar Senen terdapat toko Djohan Djohor milik saudagar Minangkabau, yang terkenal karena sering memberikan potongan harga.
Pada periode 1960-1970, beberapa toko di atas telah lenyap atau berubah kepemilikan. Pada masa kepemimpinan Ali Sadikin, pemerintah melakukan revitalisasi kawasan Senen, dengan membangun Pusat Perdagangan Senen atau yang lebih dikenal dengan Proyek Senen[2] Pembangunan Proyek Senen diikuti dengan pasar inpres dan Terminal Senen. Melengkapi Proyek Senen, di tahun 1990 dibangun pula super blok modern, Atrium Senen. Atrium Senen diisi sejumlah tenant internasional, seperti Yaohan dan Mark & Spencer, yang pada akhirnya menarik diri karena krisis ekonomi.
Selain proyek Senen dan Atrium Senen, Senen makin dipadati oleh pedagang informal atau biasa disebut dengan pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan disepanjang jalan Kramat dan Kwitang. Jika di sisi Jalan Kramat dipenuhi oleh pedagang-pedagang Minangkabau yang menjual aneka penganan, maka Jalan Kwitang merupakan bursa buku terbesar di Jakarta. Selain di kedua ruas jalan tersebut, di sisi stasiun Pasar Senen yakni kawasan Poncol Senen juga banyak PKL yang menjual barang-barang bekas atau barang-barang selundupan

Rabu, 10 Oktober 2012

permasalahan pasca huni

PENDAHULUAN
     Dalam pembangunan arsitektur, banyak permasalahan-permasalahan yang dapat kita temui, salah satunya adalah permasalahan bangunan pasca huni. Permasalahan bangunan pasca huni ini di sebabkan oleh berbagai faktor. mulai dari faktor kesalahan pada saat perancangan hingga faktor kurang di rawatnya bangunan itu sendiri. 

STUDI KASUS
     Salah satu contoh permasalahan bangunan pasca huni adalah bangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kaligawe yang berlokasi di semarang.

KONDISI Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kaligawe kian memrihatinkan. Selain kesan kumuh, banyak rumput yang tidak dipotong. Kerusakan mulai menggerogoti bangunan yang baru dihuni beberapa tahun ini.

AREA Rusunawa Kaligawe terlihat kumuh, tumbuhan rumput liar juga terlihat cukup tinggi, menandakan kurangnya perhatian pengelola ataupun penghuni rusun untuk membersihkan tempat huniannya.

Tak hanya rumput liar yang tinggi, di salah satu blok yaitu Blok G, tampak sampah tercecer di mana-mana. Bahkan selokan juga tampak mampet, sehingga aliran air dari kamar mandi tidak terserap. Selain itu juga timbul bau tak sedap yang diduga berasal dari sapiteng kelas yang rusak. Beberapa tembok dan kamar mandi umum bagian bawah tampak retak.
 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKa3mvPBKpkme3XjhcCKPRwuYrzFE6ep8IYsEgiGyGdasSLR1jxFJFK5P3EuFV_jbbCTrGP-7EglC7upPLGvYuulQl3ZP99j7pjx_0nxEc8DWlegxNVG2_SuNcHm_Uim1oB4C4oJqmR-QO/s1600/FOTO+RUSUNAWA.JPG

Salah seorang warga, Rohadi (57) yang tinggal di Lantai 2 Blok G membenarkan, kerusakan sudah mulai terjadi di Rusunawa. Namun sama sekali tidak ada upaya dari pemerintah untuk memperbaikinya.

“Dari Pemkot tidak ada, yang memperbaiki ya penghuni Rusunawa sendiri,” katanya, kemarin.
Rohadi juga mengatakan, instalasi saluran di Blok G banyak rusak dan bocor. Praktis kondisi tersebut menyebabkan beberapa hunian mengalami kebcororan. Bocornya instalasi air hampir merata, yakni di lantai dua, tiga, dan empat. “Kebocoranya mungkin dari atas, sehingga ruangan yang di bawahnya jadi terkena imbasnya,” tuturnya.

Selain itu, saluran got di lantai bawah juga tidak mengalir karena mampet. Alhasil, di bagian bawah tercium pekat bau tak sedap. Hal ini menurutnya sudah lama terjadi, sekitar satu tahun. “Karena septic tank-nya sudah penuh, sehingga tidak muat kotoran meluap ke atas,”  tandasnya.

Dengan kondisi kerusakan tersebut, banyak penghuni asli yang harusnya menempati Rusunawa tersebut, terpaksa menyewakan rumahnya kepada orang lain. Hal itu diakui pula oleh Rohadi, rumah yang ia tinggali tersebut bukanlah miliknya. Ia menyewa selama per semester dengan harga Rp 1,5 juta. “Namun untuk air, listrik, keamanan dan kebersihan saya bayar sendiri,” tuturnya.

Hal serupa juga dikatakan Zaenal (39), yang menempati Rusunawa 2010 lalu. Dia mengaku mendapatkan tempat dengan membeli dari seseorang senilai Rp 7 juta. “Saya tidak tahu pemilik asilnya, saya cuma ditawari oleh seorang makelar, lalu saya beli,” kata Zaenal.

Kondisi kerusakan serupa juga terjadi hampir di semua blok. Terutama di blok-blok lama seperti blok F dan blok E. Banyak warga yang mengeluhkan kondisi bangunan yang mulai rusak karena minim perbaikan. “Setiap rusak, warga harus iuran untuk memperbaikinya,” ujarnya.

Menurut Zaenal selama ini sepertinya tidak ada upaya dari Pemkot. Sebab tidak ada petugas khusus untuk mengawasi kondisi Rusunawa yang mengalami kerusakan.

Saat ingin mengonfirmasikan perihal kerusakan dan warga yang menyewakan hingga menjual huniannya kepada warga lain, tak ada jawaban dari Kepala Dinas Tata Kota dan Perumahan (DTKP) Kota Semarang, Eko Cahyono, saat dihubungi Harsem lewat telepon selularnya. (lif/12)

KESIMPULAN
     Berdasarkan kasus rusunawa kaligawe ini dapat kita simpulkan bahwa bangunan yang sudah siap dan lama di huni pun dapat mengalami permasalahan. Selain faktor perancangan atau konstruksi, faktor perawatan dan kebersihan pun menjadi permasalahan pasca huni. jadi kita juga harus memperhatikan kebersihan dan perawatan pembangunan agar bangunan tetap terawat dan terhindar dari berbagai macam permasalahan.